MENJAGA BACAAN AL-QURAN BERTAJWID ITU KEHARUSAN

Kertosono — Adanya kegiatan Tahsinul Quran yang dipelopori oleh Forum Komunikasi Pendidikan Al-Quran (FKPQ) Kabupaten Nganjuk menjadikan Guru Al-Quran terus berbenah. Sejauh mana kemampuan bacaan Guru Al-Quran akan diukur melalui uji kelayakan atau munaqasah. Sebagaimana kegiatan yang digelar di Ponpes Al-Hidayah, Drenges Kertosono (Selasa, 13 September 2022).

Ketua FKPQ Nganjuk, KH Moh. Bulkin, M.A. mengatakan bahwa kualitas Guru Al-Quran harus ditingkatkan dari sisi bacaannya. Guru Al-Quran akan dibina oleh Praktisi Al-Quran, yakni Ustadz Sutrisno dan Ustadzah Yunita setiap hari Selasa di TPQ An-Nur Tembarak Kertosono.

“Guru Al-Quran harus berkualitas. Ngajar ngaji gak boleh asal-asalan. Makanya, kita bina melalui Tahsinul Quran,” terangnya yang juga Pengasuh Ponpes Babussalam Drenges Kertosono.

Tambahnya lagi, Guru Al-Quran menjadi penentu keberhasilan santri-santri TPQ dalam membaca Al-Quran. Jika Guru Al-Quran berkualitas, dipastikan santri-santrinya juga berkualitas.

“Pepatah Jawa, Guru iku digugu lan ditiru,” imbuhnya yang akrab disapa Gus Muh.

Masih menurut Gus Muh, setelah Guru Al-Quran dibina selama 10 juz pembelajaran maka Guru Al-Quran akan diuji kelayakannya. Dan, inilah ajang mengukur keberhasilan kegiatan Tahsinul Quran.

Di Ponpes Al-Hidayah, sebanyak 25 Guru Al-Quran Kertosono menjalani uji kelayakan. Tim Penguji dihadirkan langsung dari Pakar Al-Quran Nganjuk, yakni KH Ma’ruf Idris dan KH Moh. Bulkin, M.A.

KH Ma’ruf Idris adalah Penasehat FKPQ Nganjuk. Beliau sangat berperan penting dalam arah dan tujuan FKPQ Nganjuk, terutama pemahaman teoretis tajwid, sekaligus kepiwaian praktis dalam membaca Al-Quran.

KH Ma’ruf Idris sebelum memulai uji kelayakan, beliau memberikan siraman rohani yang menyegarkan kalbu kepada Guru Al-Quran.

Pertama, Guru Al-Quran harus banyak bersyukur kepada Allah SWT karena menjadi pilihan di tengah masyarakat untuk istiqamah mengajarkan bacaan Al-Quran.

“Apa yang Bapak Ibu lakukan adalah jariyah yang mengalir terus pahalanya hingga hari Kiamat,” jelasnya.

Kedua, menjadi Guru Al-Quran untuk sampai pada tahapan berkualitas bacaannya, maka wajib memahami persyaratannya di antaranya:

Satu, memenuhi makharijul huruf. Guru Al-Quran tidak boleh beralasan untuk tidak memahami makharijul huruf secara lengkap karena ini modal awal mengajar Al-Quran.

“Bagaimana dapat memahami huruf hijaiyah kalau makharijul huruf saja tidak mengetahuinya,” jelasnya.

Dua, memenuhi shifatul huruf lazimah. Setiap huruf memiliki minimal lima shifat yang melekat. Nah, itulah shifatul huruf lazimah.

“Shifat Lazimah dibagi dua, ada yang berlawanan dan ada yang tidak berlawanan,” terangnya.

Tiga, memenuhi shifatul huruf ‘aridhah, yakni shifat yang baru datang karena adanya sebab-sebab. Shifatul Huruf ‘Aridhah meliputi idhar, idghom, ikhfa, iqlab, tafkhim, tarqiq, waqaf wal ibtida, qashr dan mad, dan lain sebagainya.

Selama tiga jam Guru Al-Quran menjalani uji kelayakan, bersama KH Ma’ruf Idris dan KH Moh. Bulkin, M.A.

Kedua beliau adalah tokoh sentral di FKPQ Nganjuk. Meski demikian, beliau juga tokoh sentral di MWCNU Kertosono, yakni sebagai Rois Syuriah dan Katib Syuriah.

“Semoga uji kelayakan ini menjadi barokah untuk Guru Al-Quran. Dan inilah standar bacaan yang akan diajarkan di TPQ,” tutup KH Ma’ruf Idris. (Nuril)