Pengunjung Padati Lailatul Ijtimak, Begini Pesan Rois Syuriah MWCNU Kertosono

MWCNU Kertosono– Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) punya program kerja yang sangat diminati masyarakat Nahdliyin, yakni Lailatul Ijtimak. Setiap bulan Lailatul Ijtimak dilaksanakan secara rutin dan bergantian. Kali ini Lailatul Ijtimak digelar di Masjid Baitul Muttaqin, Kedungringin Drenges Kertosono Nganjuk (Senin, 12 September 2022).

Ketua Takmir Masjid, KH Moh. Rochani, M.Pd.I., mengatakan bahwa kapasitas Masjid Baitul Muttaqin dapat menampung sekitar 200-an jamaah. Melihat padatnya pengunjung Lailatul Ijtimak, diperkirakan jumlah pengunjung seperti itu.

“Pengunjung padat. Ya sekitar 200-an ada,” jelas beliau yang juga dinobatkan sebagai Mustasyar MWCNU Kertosono.

Sementara itu Rois Syuriah MWCNU Kertosono, KH Ma’ruf Idris memberikan sambutan mengenai penguatan jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).

Beberapa hal yang disampaikan beliau antara lain:

Pertama, Lailatul Ijtimak adalah program kerja warisan para pendiri NU. Sejak berdirinya NU, Lailatul Ijtimak sudah ada hingga sekarang. Oleh karenanya, pengurus NU dan masyarakat Nahdliyin harus melestarikan kegiatan Lailatul Ijtimak yang rutin setiap bulannya.

Kedua, Kebenaran dan kebaikan harus dipublikasikan agar kejahatan dapat tertutup. Hal ini berlaku sebaliknya, tatkala kebenaran dan kebaikan tidak terlalu diketahui kalayak masyarakat, maka seolah-olah yang ada hanyalah kejahatan. Lailatul Ijtimak yang dilaksanakan ini kerjasama antara Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), dan Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kertosono. Kiprah ketiga Lembaga NU ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Nahdliyin.

Misalnya saja, LDNU sebagai penyelenggara Lailatul Ijtimak, LKNU sebagai bantuan sosial kesehatan bagi jamaah yang punya keluhan sakit, dan LAZISNU sebagai pionir penggalang amal sedekah jamaah yang hadir.

Singkatnya, Lailatul Ijtimak yang sudah direncanakan sedemikian baiknya, lalu diketahui kalayak masyarakat, maka kegiatan-kegiatan yang positif ini yang terus diviralkan akan menutup kejahatan yang ada.

Ketiga, NU adalah milik kita, bukan milik perorangan. Kita berkhidmah di NU semata-mata untuk memperbaiki diri kita, bukannya memperbaiki NU. Ketika kita punya pemikiran bahwa NU milik kita dan kita bersedia memperbaiki diri dengan wasilah NU, maka ikutilah seluruh kegiatan NU semampunya dan maksimalkan khidmah di NU secara totalitas.

Keempat, cara efektif agar keilmuan kita bersanad adalah mengikuti cara pandang dan cara sikap NU. Karena pendiri NU adalah manusia-manusia terbaik era itu. Secara keilmuan sudah jelas nasabnya dan secara perjuangan sudah sangat benderang bagaimana para ulama kekeh memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan komitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Selain 200-an jamaah, turut hadir pula Ketua MWCNU, Jajaran Mustasyar, Jajaran Rois, Para Ketua Lembaga, serta Forpimdes Desa Drenges Kertosono.

Sebagai puncak acara, Lailatul Ijtimak diisi dengan Pengajian Kitab Kifayatul Atqiya oleh KH Hasan Bisri yang juga sebagai Wakil Syuriah MWCNU Kertosono.

KH Hasan Bisri menyampaikan bahwa ilmu jika sering dikaji akan menumbuhkan barokah bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Ini sebagaimana dicontohkan oleh para kyai dulu, selesai khatam kitab lalu diulang lagi.

“Tradisi pesantren itu ngaji khatam, ngaji lagi diulang. Makanya barokah,” terang beliau.

Kitab ini ditulis oleh Syaikh Abu Bakar bin Muhammad Syatha al Dimyathi. Menerangkan perihal taubat kepada Allah. Cara memperbaiki diri ada pada kandungan kitab ini.

“Sebab itu masyarakat Nahdliyin sebaiknya harus mengikuti ngaji agar benar cara berpikir dan cara bersikapnya,” pungkas KH Hasan Bisri. (Nuril)